Konsorsium Women’s Leadership in Humanitarian atau disingkat Konsorsium WLH adalah jaringan yang terdiri dari berbagai organisasi di lintas sektor. Mayoritas anggota merupakan organisasi perempuan (women’s rights organisation) yang berkontribusi pada kerja humanitarian dan selain itu, terdiri dari beberapa lembaga Filantropi dan humanitarian.
Saat ini, anggota tim inti Konsorsium WLH adalah Asosiasi LBH APIK Indonesia, Koalisi Perempuan Indonesia, Kalyanamitra, Dompet Dhuafa, Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana dan Oxfam di Indonesia. Keanggotaan ini terus bertambah dan diperluas, hal ini sebagai salah satu mandat dari Konsolidasi Nasional Kepemimpinan Perempuan dalam Membangun Resiliensi yang diselenggarakan pada tanggal 26-28 Oktober 2022 di Makassar.
Core business dari anggota jaringan Konsorsium WLH adalah membangun gerakan perempuan multi-isu, mulai dari; hak asasi perempuan, pendampingan korban kekerasan berbasis gender, perempuan dan lingkungan hidup, pendampingan nelayan, organisasi penyandang disabilitas, serta berbagi fokus isu lainnya. Berbagai organisasi ini telah mengembangkan diri untuk mendorong penguatan isu gender dan inklusi sosial dalam kerja humanitarian. Hal ini berangkat dari fakta bahwa sering tidak diakui kontribusi perempuan pada kerja humanitarian sehingga hal itu membuat masih lemahnya perempuan untuk dilibatkan dalam sistem kerja humanitarian.
Konsep kerja konsorsium WLH juga tak lepas dari refleksi para pemimpin perempuan di garda depan, bahwa konstruksi sosial yang tidak adil gender dan mengeksklusi telah menempatkan perempuan dan kelompok rentan menghadapi resiko yang lebih tinggi mengalami kekerasan. Selain itu, perempuan dan kelompok rentan lainnya juga lebih rentan tersisihkan dalam pengambilan keputusan pada hampir setiap tahap program penanggulangan bencana mulai dari mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi).
Memandang bahwa ancaman bencana yang makin tinggi, yang dipertajam dari dampak perubahan iklim, maka kepemimpinan perempuan sangat signifikan untuk didorong lebih kuat sebagai gerbong perubahan untuk sistem kerja humanitarian yang makin setara gender dan inklusif. Selain itu juga untuk memperkuat organisasi perempuan dalam isu kebencanaan baik dari sisi internal kelembagaan maupun gerakan.